Kamis, 04 Agustus 2016

Dunia Pena : Jurnalis "Berita"

Assalamualaikum guys, kali ini ana share mengenai "BERITA". Tujuan penulisan hanya untuk berbagi barangkali ada yang butuh materi tentang ini. nuhun


1.      Pengertian Berita

Berita (News) erupakan sajian utama sebuah media massa  samping views (opini). Mrencari bahan berita lalu menyusunnya merpakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebh penerbitan pers (media massa).
Tidak ada rumusan tungal meenai pengertian berita, “News is difficult to define, because it ivolves many variable factor,” kata Earl English dan Clararence Hach. Berita sulit didefinisikan, sebab ia mencakup banyak faktor variable. “Berita lebih mudah dikenali daripada diberi batasannya,” timpal Irving Resenthall dan Marton Yarmen.
Namun demikian, banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan definisi (batasan pengertian) berita, dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang dikandung sebuah berita. Nothclife misalnya, menekankan pengertian berita pada unsure “keanehan” atau ketidaklaziman, sehingga mampu menarik perhatian dan rasa ingin tahu (curiosity). Ia mengatakan, “Jika seekor anjing menggigit orang, itu bukanlah berita. Tetapi jika orang menggigit anjing, itulah berita” (if dog bites a man, its not news, but f a man bites a dog is news)
Kita boleh sepakat dan tidak sepakat atas pandangan tadi. Karena, jika yang digigit anjing itu orang terkenal, misalnya artis popular ataupun pejabat Negara, ia tetap merupakan berita menarik. Positifnya, kita menerima penekanannya bahwa berita yang baik dan layak dicatat, sekaligus layak muat di media massa antara lain mengandung unsur “keanehan” itu. Sehingga, berita yang kita buat dibaca orang.
Pakar lain seperti Dean M. Lyle Spencer, Willaard C. Bleyer, William S. Maulsby, dan Eric C. Hepwood, seperti dikutip Dja’far H. Assegaff (1998:5), sama-sama menekankan unsur “menarik perhatian” dalam definisi berita yang mereka buat. “Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian pembaca” kata mereka.
Michael V. Charnley mengemukakan pengertian berita yang lebih lengkap dan –untuk keperluan praktis— layak kita jadikan acuan. Ia mengatakan :
“Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang factual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka”.
Dari pengertian tersebut, kita melihat terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita, sekaligus menjadi “karakteristik utama” sebuah berita dapat dipublikasikan di media massa (layak muat). Keempat ini pula yang dikenal dengan nilai-nilai jurnalistik.
a.       Cepat, yakni actual atau ketepatan waktu.
b.      Nyata, yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), buka fiksi atau karangan.
c.       Penting, yakni menyakngkut kepetingan orang banyak.
d.      Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis.

Secara ringkas dan praktis dapat disimpulkan, berita adalah laporan peristiwa yang memenuhi keempat unsure tesebu –karena tidak semua peristiwa layak dilaporkan. Dengan demikian, seorang reporter hendaknya mampu membedakan mana yang peristiwa yang mempunyai nilai berita da mana yang biasa-biasa saja.
2.      2Teknik Reportase: Mencari Bahan Berita

Mencari berita (news hunting, news getting, atau news gathering) –disebut pula meliput bahan berita—adalah salah satu tahap proses penyusunan naskah berita (news processing), selain proses perencanaan berita, proses penulisan naskah (news writing), dan proses penyuntingan naskah (news editing).
Tepatnya, meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat proyeksi redaksi. Misalnya, dalam rapat redaksi itu diputuskan untuk membuat profil seorang artis. Maka segera stelah itu dilakukan wawancara dengan artis tersebut. Wawancara itulah yang dinamakan news hunting.
Ada tiga teknik peliputan berita, yakni reportase, wawancara, riset kepustakaan (studi literature).
a.      Reportase
Reportase adalah kegiatan jurnalistik berupa meliput ke TKP (tempat kejadian perkara). Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian/peristiwa, lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Fakta dan data yang dikumpulkan harus memenuhi unsur-unsur berita 5W+1H.
Peristiwa yang diliput harus bernilai jurnalistik atau bernilai berita (new values) yakni actual, factual, penting dan menarik. Peristiwanya sendiri secara garis besar terbagi dua:
(1)   Peristiwa yang diduga terjadi atau direncanakan terjadi, misalnya peristiwa perayaan hari ulang tahun, peresmian gedung, deklarasi partai, seminar, dll.
(2)   Peristiwa yang tidak terduga kejadiaanya, misalnya kebakaran, banjir, pembunuhan, kecelakaan, dll.
Dari segi substansi atau jenis peristiwa, reportase bisa dilakukan dengan dua cara, yakni beat system dan  follow up system.
Beat System adalah system pencarian dan pembuatan bahan berita yang mengacu pada beat (bidang liputan), yakni meliputi peristiwa dengan mendatangi secara teratur instansi pemerintah atau swasta, atau tempat-tempat yang di mungkinkan muculnya peristiwa, informasi, atau hal-hal yang bisa menjadi bahan berita.
Sedangkan Follow up System adalalh teknik meliput bahan berita dengan cara menindaklanjuti (follow up) berita yang sudah muncul.
  
Dalam meliput peristiwa, penting diperhatikan hal-hal berikut:
·         Kode Etik Jurnalistik atau Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
·         Fairness Doctrine (Doktrin kejujuran) yang mengajarkan, medapatkan berita yang benar lebih penting daripada menjadi wartwawan pertama yang menyiarkan/menuliskannya.
·         Cover Both Side atau News Balance, yakni perlakuan adil terhadap semua pihak yang menjadi objek berita, dengan meliput semua atau kedua belah pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa.
·         Cek dan Ricek, yakni meneliti kebenaran sebuah fakta/data beberapa kali sebelum menuliskannya.
b.      Wawancara
Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview) dengan sumber berita atau narasumber (interviewee). Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta , atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber,
c.       Riset Kepustakaan
Riset kepustakaan (studi literature) adalah teknik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari klipping koran, makalah-makalah atau artikel koran, menyimak brosur-brosur, membaca buku, atau menggunakan fasilitas search engine di internet.

3.      3. Unsur-Unsur Berita

Dalam menulis berita, seoang wartawan mengacu kepada nilai-nilai berita untuk kemudian dipadukan dengan unsur-unsur berita sebagai “rumus umum” penulisan berita, agar tercipta sebuah berita yang lengkap.

Unsur-unsur itu dikenal dengan 5W+1H, kependekan dari:
ü  What : apa yang terjadi
ü  Where : dimana hal itu terjadi
ü  When : kapan peristiwa itu terjadi
ü  Who : siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut
ü  Why : kenapa hal itu terjadi
ü  How : bagaimana itu terjadi

“Rumusan Indonesia” 5W+1H adalah 3A-3M, kependekan dari Apa, si-Apa, meng-Apa, bila-Mana, di Mana, dan bagai-Mana. Sebuah berita hendaknya memenuhi keenam unsur tersebut.

4.      4. Jenis dan Struktur Berita

Jenis-jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik antara lain :
·         Straight News : berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar atau yang menjadi berita utama (headline) merupakan berita jenis ini.
·         Depth News : berita mendalam, dikembangkan dengan pengalaman hal-hal yang ada dibawah suatu permukaan.
·         Investigation News : berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
·         Interpretative News : berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penilaian wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan.
·         Opinion News : berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai sauatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.
Struktur berita, khususnya berita langsung (straight news), pada umumnya mengacu pada struktur piramida terbalik (inverted pyramid), yaitu memulai penulisan berita dengan mengemukakan fakta/data yang dianggap paling penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting, dan seterusnya.
Bagian paling penting ini dituangkan dalam lead –bagian kepala atau alinea pertama berita. “Sudah menjadi hukum jurnalistik,” kata Al Hester, “bagi sebagian besar berita yang akan ditulis dengan menampilkan lebih dulu fakta-fakta yang paling penting.”
Susunan berita bentuk piramida terbalik ini menguntungkan pembaca dalam hal efisiensi waktu karena langsung mengetahui berita paling penting. Karenanya, dalam bentuk ini bisa lebih menarik perhatian pembaca. Selain itu, bentuk ini pun memudahkan kerja redaktur/editor/penyumting untuk melakukan pemotongan naskah (cutting) jika kolom/ruang yang tersedia terbatas atau tidak cukup untuk memuat seluruh bagian berita.
Struktur berita selengkapnya adalah sebagai berikut :
a.       Judul (head)
b.      Dateline, yakni tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun. Contoh : Jakarta, Kompas; Jakarta: Republika, Senin, “PR”,-
c.       Teras berita (lead)
d.      Isi berita (body)

5.      5. Teras Berita

Teras berita, disebut pula dengan lead, adalah bagian berita yang terletak di alinea atau paragraph pertama. Teras berita merupakan bagian dari komposisi atau susunan berita, yakni setelah judul berita (head) dan sebelum badan berita (news body).

Teras berita umumnya disusun dalam bentuk :
·         Summary Lead atau Conclution Lead (teras berita yang menyimpulkan dan dipadatkan).
·         Statement Lead (teras berita berupa pernyataan)
·         Quotation Lead (teras berita kutipan)
·         Contrast Lead (teras berita kontras)
·         Exclamtion Lead (teras berita yang menjerit)
Mengenai penulisan teras berita ini, ada 10 pedoman yang dikeluarkan PWI pusat, sebagai berikut:
1.)    Teras berita yang menenmpati alinea pertama harus mencerminkan pokok terpenting berita.
2.)    Teras berita jangan mengandung lebih dari 30-45 kata.
3.)    Teras berita harus ditulis sebaik-baiknya, sehingga mudah ditangkap dan cepat dipahami, kalimatnya singkat, sedrhana, susunan bahasanya memenuhi prinsip ekonomi bahasa, menjauhkan kata mubazir, satu gagasan dalam satu kalimat, dibolehkan memuat lebih dari satu unsure 5W+1H.
4.)    Hal yang tidak begitu mendesak, berfungsi sebagai pelengkap, hendaknya dimuat dalam badan berita (body).
5.)    Teras berita lebih baik mengutamakan unsur “apa”
6.)    Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur “siapa”. Tetapi, bila unsure siapa itu kurang menonjol, sebaiknya dimuat pada badan berita.
7.)    Teras berita jarang menonjolkan unsur “kapan”, kecuali bila unsur itu punya makna khusus dalam berita itu.
8.)    Bila harus memilih dari dua unsur, yakni unsur tempat dan waktu, maka pilihlah unsur tempat dulu, baru waktu.
9.)    Unsur lainnya, yakni bilamana dan mengapa, diuraikan dalam badan berita, tidak dalam teras berita.

10.)            Teras berita dapat dengan kutipan pernyataan seseorang (quitation lead), asalkan kutipan itu tidak berupa kalimat panjang. Pada alinea berikutnya, tulis nama orang itu, tempat, serta waktu dia membuat pernyataan itu.

Source : Jurnalis Pemula untuk Pemula edisi Revisi Karya Asep Syamsul M. Romli, S.IP.

0 komentar: